Literasi Rakyat Merupakan blog yang memuat tulisan-tulisan artikel opini tentang pendidikan, petualangan, karya puitis serta informasi berita-berita secara umum.

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Thursday, July 12, 2018

Matinya Ideologi Partai Politik di Indonesia

Oleh Esep Regan Pribadi
Mahasiswa Pkn FPIPS UPI Bandung



Ada banyak manusia yang punya prinsip di partai-partai politik di sebuah negara, tapi tidak ada partai yang punya prinsip. - Alexis de Tocqueville, Sejarawan dan pemikir politik Prancis
Keberagaman partai politik di Indonesia merupakan hasil dari pertarungan antar kekuatan ideologi yang ada di dalam masyarakat, karena munculnya partai-partai tersebut sebagai representasi dari kepentingan warga negara untuk berpartisipasi dalam pengelolaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ideologi tentunya merupakan hal yang sangat penting bagi sebuah partai politik. Karena ideologi merupakan arah dan petunjuk tentang identitas sebuah partai politik sekaligus merupakan penjelasan dari kondisi ideal masyarakat yang ingin dibentuk. Bagi masyarakat tentunya ideologi partai politik dapat memudahkan mereka untuk menentukan pilihan terhadap partai politik, terutama di Indonesia yang memiliki banyak partai politik. Di era reformasi saat ini terkadang ideologi yang tercantum di dalam dokumen tertulis AD/ART partai bisa dikatakan hanya sebagai penghias administrasi kelembagaan  semata. Bahkan yang lebih parah sekarang itu muncul fenomena dimana ideologi partai hanya dijadikan sebuah alat untuk mengambil keuntungan dan kekuasaan, namun pada tataran pelaksanaannya kebijakan yang diambil sama sekali tidak sesuai dengan marwah perjuangan ideologi partainya.
Namun berbeda jika kita melihat yang terjadi di belahan dunia barat khususnya di Amerika Serikat, negara federal yang mempunyai sistem dwipartai dimana hanya ada dua partai yang dijadikan sebuah pilihan oleh masyarakatnya. Hal itu bisa kita lihat ketika musim demokrasi telah tiba dimana masyarakat Amerika benar-benar bisa menyaksikan pertentangan antara kedua belah kubu antara partai republik dan partai demokrat, dan fenomena tersebut pun bisa dirasakan oleh orang Indonesia yang berada di wilayah Amerika, mereka bisa menyaksikan dinamika persaingan antara kedua belah pihak yang katanya mewakili Ideologi kiri sebagai kaum sosial-demokrat dan kanan mewakili kaum beridiologi liberal-konservatif . Namun ketika mereka pulang ke tanah air Indonesia seakan-akan ada situasi politik yang berbeda dengan yang mereka rasakan di Amerika, kita melihat sekarang dari sekian banyak partai yang ada di Indonesia seolah-olah tidak ada skat yang membedakan baik dari segi ideologis maupun dari segi program kebijakan, fenomena tersebut mungkin bisa membingungkan bagi mereka yang ingin memilih dan berpihak kepada partai politik tertentu, jika semuanya tampak bias, tentunya sulit membedakan dan memilih sekian banyak partai tersebut. Pertanyaannya mengapa demikian ?
Kita tarik dulu ingatan kita ke sejarah perjalanan bangsa Indonesia khususnya terkait dengan dinamika kepartaian tentu bisa kita ambil pelajaran, jika melihat sejarah pada awalnya masyarakat Indonesia memiliki pilihan banyak partai dengan spektrum Ideologi yang tentunya berbeda pula, bisa kita lihat pada kampanye tahun 1955 jelas tiap partai memiliki  ideologi yang berbeda-beda serta mereka pun memperjuangkan masing-masing ideologinya secara mati-matian, seperti Komunis, Nasionalis, Islam-tradisional dan Modern, Kristen, Sosialis dan lain sebagainya. Bahkan pada tahun 1960-an Presiden Soekarno melakukan sinkritisme  untuk menjadikan berbagai kekuatan aliran ideologi menjadi satu rumusan yaitu Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis), namun ikatan-ikatan ideologi tersebut kemudian dilemahkan pada zaman orde baru, puncaknya yaitu pada tahun 1985 dimana rezim berkuasa tersebut mengeluarkan kebijakan untuk menyeragamkan platform partai-partai di Indonesia, isi dari kebijakan tersebut mengharuskan seluruh ormas dan organisasi politik menganut asas yang sama yaitu Pancasila. Dengan kata lain pada waktu itu rezim orde baru  telah berupaya melakukan penyederhanaan sistem kepartaian sekaligus ideologi, yang tentunya sangat berdampak pada kestabilan politik di Indonesia.
Pada akhirnya orde baru pun runtuh, terjadi ledakan begitu besar pada dinamika kepartaian di Indonesia, mengapa demikian, karena banyak sekali partai yang bermunculan khususnya mendekati pemilu 1999 pada waktu itu. Kategorisasi ideologi tiap partainya tentu berbeda-beda namun tetap subtansinya pancasila. Kembali lagi terkait permasalahan kita mengenai ideologi partai, penulis akan memberikan sedikit gambaran mengenai pengelompokan ideologi partai yang ada di Indonesia. Jika mendengar istilah yang paling populer di dunia Ideologi itu dibedakan menjadi beberapa bagian, diantaranya Ideologi kiri, kanan, dan tengah. Coba kita amati secara karakteristik ideologi kepartaian yang ada di Indonesia. Sebagaimana contoh yang mewakili corak ideologi kiri yang katanya mewakili wong cilik seperti PDI Perjuangan dan Partai Damai Sejahtera (PDS). Kemudian pada kubu kanan yang menjadikan Islam sebagai marwah perjuangan partai seperti Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Bintang Reformasi (PBR). Adapun di kubu tengah yang menilai bahwa islam dan ideologi lain merupakan landasan yang mampu mengilhami arah gerakan partai, contahnya seperti Golkar, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Demokrat dan Partai Amanat Nasional (PAN).
            Indonesia memang mempunyai banyak partai politik serta marwah perjuangannya pun bisa dikatakan berbeda-beda, namun pada kenyataannya tidak demikian karena semua partai yang ada sekarang hampir seragam dalam pola kecenderungan ideologinya. Buktinya bisa kita lihat ketika musim pemilu telah tiba, seperti biasa jargon yang mereka pakai tidak jauh dari pemberantasan kemiskinan, pendidikan, religius, ataupun demokrasi, jarang sekali ada partai yang secara mati-matian menunjukkan corak idealismenya, bahkan ketika berhasil menjabat pun jarang sekali ada partai yang membuat kebijakan yang sesuai dengan marwah perjuangan ideologi partainya. Hal tersebut menunjukkan bahwa sudah ada pergeseran secara kultural mengenai idealisme partai yang ada di Indonesia, bahkan sangat bijak ketika ada yang mengatakan bahwa partai sekarang hanya sekedar tempat untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan semata, dan pada akhirnya masyarakat akan melihat apakah partai masih layak atau tidak untuk dijadikan sebagai media kaderisasi politik disaat arus gelombang realitas yang seolah-olah menggerogoti idealisme partai politik.

1 comment:

  1. ayo ditunggu apa lagi segera bergabung dengan kami di D/E/W/A/P/K
    menangkan uang jutaan rupiah, dengan minimal deposit 10.000 saja looo.
    ayo segera bergabung ya ditunggu lo ^_^

    ReplyDelete

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages