Literasi Rakyat Merupakan blog yang memuat tulisan-tulisan artikel opini tentang pendidikan, petualangan, karya puitis serta informasi berita-berita secara umum.

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Thursday, September 29, 2016

ALAM SEBAGAI MEDIA MEMBACA

Alam Sebagai Media Membaca

Alam Sebagai Media Membaca


Membaca merupakan salah satu cara untuk memahami sebuah teks, dalam sebuah teks pasti terdapat beberapa informasi yang benar-benar tersurat dan beberapa informasi yang lainya merupakan informasi yang tersirat. Dengan kata lain membaca merupakan teknik untuk memahami sebuah informasi baik yang secara langsung maupun tidak langsung.
           Seringkali orang mengatakan kita harus bisa “membaca situasi”, sekarang pertanyaanya adalah apakah situasi terbentuk karena tulisan? Saya kira tidak, lantas kenapa orang mengatakan membaca situasi padahal situasi tidak terbentuk dari teks atau bacaan? Ini menunjukan bahwa makna membaca pada hal ini adalah bagaimana kita menerjemahkan lingkungan agar kita sebagai pembaca bisa memposisikan diri sesuai situasi yang akan terjadi.
        Sebagai manusia yang erat kaitanya dengan alam, yang senantiasa alam itu terlihat setiap waktu, di satu sisi alam tak bisa bercerita tentang penderitaan dan permintaan. Tapi di sisi lain perlu penerjemahan informasi agar alam sebagai makhluk yang tidak bisa bercerita mampu kita maknai cerita dibalik diamnya alam.
    Manusia memiliki kemampuan untuk membaca lingkungan untuk memposisikan diri serta memberikan solusi atas masalah apa yang tergambar lewat informasi yang dibaca dari alam sekitar.
      Di beberapa daerah terjadi perubahan alam akibat dari proyek pembangunan yang dilakukan pemerintah, contohnya saja daerah Sumedang, proyek Waduk Jatigede merupakan proyek pembangunan skala besar karena merendam sedikitnya 26 desa dan 4 kecamatan yang berada di kabupaten Sumedang. Banyak dampak positif dan negatif yang dirasakan masyarakat daerah sekitar akibat pembangunnan Waduk Jatigede, tapi terlepas dari itu semua yang mulai terasa secara langsung adalah kondisi alam yang mulai berubah. Diantaranya suhu udara menjadi panas karena daerah pepohonan berubah menjadi daerah genangan air.
         Pembangunan yang bersekala besar memang diantaranya sering terjadi beberapa hal yang tidak terperhatikan, hal tersebut merupakan contoh dari kemampuan membaca alam yang kurang, hal tersebut juga bisa saja tidak kesengajaan pihak yang menjalankan proyek ataupun yang mengeluarkan kebijakan, tapi tetap saja tuntutan kesempurnaan dalam sebuah pembangunan selalu menjadi tuntutan masyarakat yang terkena dampak.
      Bukan berarti memberi kewajaran ataupun toleransi terhadap yang memberi kebijakan atas pembangunan. Namun nampaknya ini merupakan tanggungjawab bersama apabila proyek pembangunan telah terjadi, karena sebagai manusia kita memiliki kemampuan yang sama untuk membaca kondisi alam yang tidak pernah bercerita.
        Bencana yang terjadi di beberapa daerah juga seringkali terjadi akibat manusia yang nyaris tidak bisa membaca alam terutama bencana yang timbul akibat ulah manusia sendiri. Sehingga bencana yang harusnya dapat dicegah menjadi tidak dapat dicegah karena beberapa sebab diantaranya kemampuan membaca alam yang kurang.
         Sekarang menjadi tugas kita sebagai manusia yang memiliki kemampuan membaca alam untuk memberikan solusi terhadap permasalahan yang tersurat pada alam maupun permasalahan yang tersirat pada alam. Pengalaman penulis dari diskusi yang dilakukan dengan beberapa tokoh pencinta alam, bagaimana beberapa orang atau segelintir orang di satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sumedang menjadi salah satu contoh konkret dari teknik membaca yang baik.
       Mereka tokoh pencinta alam yang dimaksud sering mengadakan gerakan menanam pohon ribuan pohon kihujan di beberapa daerah proyek pembangunan pemerintah. Mereka memilih pohon kihujan karena jenis pohon ini dapat membantu menyimpan cadangan air karena memiliki daya resap yang baik. Selain itu pohon itu dapat tumbuh besar membuat lingkungan menjadi sejuk, selain itu banyak alasan yang mereka kemukakan dari jenis pohon yang mereka pilih.
     Jika proyek pembangunan pemerintah yang mengganggu keseimbangan alam tak dapat dihentikan, maka menjaga kelestarian dan memanfaatkan lahan dan potensi alam yang tersisa adalah tanggung jawab kita, mungkin hal tersebutlah yang dapat saya simpulkan dari apa yang mereka lakukan.
       Saya teringat kata-kata senior saya dan beberapa tokoh pencinta alam yang sering mengatakan kata-kata ini "Alam bukan warisan dari nenek moyang kita, melainkan titipan dari anak cucu kita". dengan demikain sudah menjadi keharusan menjaga dan melestarikan alam menjadi aksi nyata dari berhasilnya proses membaca alam sekitar.

            

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages