Alam Sebagai Media Membaca
Alam Sebagai Media Membaca |
Membaca merupakan
salah satu cara untuk memahami sebuah teks, dalam sebuah teks pasti terdapat
beberapa informasi yang benar-benar tersurat dan beberapa informasi yang lainya
merupakan informasi yang tersirat. Dengan kata lain membaca merupakan teknik
untuk memahami sebuah informasi baik yang secara langsung maupun tidak
langsung.
Seringkali
orang mengatakan kita harus bisa “membaca situasi”, sekarang pertanyaanya
adalah apakah situasi terbentuk karena tulisan? Saya kira tidak, lantas kenapa
orang mengatakan membaca situasi padahal situasi tidak terbentuk dari teks atau
bacaan? Ini menunjukan bahwa makna membaca pada hal ini adalah bagaimana kita
menerjemahkan lingkungan agar kita sebagai pembaca bisa memposisikan diri
sesuai situasi yang akan terjadi.
Sebagai
manusia yang erat kaitanya dengan alam, yang senantiasa alam itu terlihat
setiap waktu, di satu sisi alam tak bisa bercerita tentang penderitaan dan
permintaan. Tapi di sisi lain perlu penerjemahan informasi agar alam sebagai makhluk
yang tidak bisa bercerita mampu kita maknai cerita dibalik diamnya alam.
Manusia
memiliki kemampuan untuk membaca lingkungan untuk memposisikan diri serta
memberikan solusi atas masalah apa yang tergambar lewat informasi yang dibaca
dari alam sekitar.
Di
beberapa daerah terjadi perubahan alam akibat dari proyek pembangunan yang
dilakukan pemerintah, contohnya saja daerah Sumedang, proyek Waduk Jatigede
merupakan proyek pembangunan skala besar karena merendam sedikitnya 26 desa dan
4 kecamatan yang berada di kabupaten Sumedang. Banyak dampak positif dan
negatif yang dirasakan masyarakat daerah sekitar akibat pembangunnan Waduk
Jatigede, tapi terlepas dari itu semua yang mulai terasa secara langsung adalah
kondisi alam yang mulai berubah. Diantaranya suhu udara menjadi panas karena
daerah pepohonan berubah menjadi daerah genangan air.
Pembangunan
yang bersekala besar memang diantaranya sering terjadi beberapa hal yang tidak
terperhatikan, hal tersebut merupakan contoh dari kemampuan membaca alam yang
kurang, hal tersebut juga bisa saja tidak kesengajaan pihak yang menjalankan
proyek ataupun yang mengeluarkan kebijakan, tapi tetap saja tuntutan
kesempurnaan dalam sebuah pembangunan selalu menjadi tuntutan masyarakat yang
terkena dampak.
Bukan
berarti memberi kewajaran ataupun toleransi terhadap yang memberi kebijakan
atas pembangunan. Namun nampaknya ini merupakan tanggungjawab bersama apabila
proyek pembangunan telah terjadi, karena sebagai manusia kita memiliki
kemampuan yang sama untuk membaca kondisi alam yang tidak pernah bercerita.
Bencana yang terjadi di beberapa daerah juga seringkali
terjadi akibat manusia yang nyaris tidak bisa membaca alam terutama bencana
yang timbul akibat ulah manusia sendiri. Sehingga bencana yang harusnya dapat
dicegah menjadi tidak dapat dicegah karena beberapa sebab diantaranya kemampuan
membaca alam yang kurang.
Sekarang
menjadi tugas kita sebagai manusia yang memiliki kemampuan membaca alam untuk
memberikan solusi terhadap permasalahan yang tersurat pada alam maupun
permasalahan yang tersirat pada alam. Pengalaman penulis dari diskusi yang
dilakukan dengan beberapa tokoh pencinta alam, bagaimana beberapa orang atau
segelintir orang di satu kecamatan yang berada di Kabupaten Sumedang menjadi
salah satu contoh konkret dari teknik membaca yang baik.
Mereka
tokoh pencinta alam yang dimaksud sering mengadakan gerakan menanam pohon
ribuan pohon kihujan di beberapa daerah proyek pembangunan pemerintah. Mereka
memilih pohon kihujan karena jenis pohon ini dapat membantu menyimpan cadangan
air karena memiliki daya resap yang baik. Selain itu pohon itu dapat tumbuh
besar membuat lingkungan menjadi sejuk, selain itu banyak alasan yang mereka
kemukakan dari jenis pohon yang mereka pilih.
Jika
proyek pembangunan pemerintah yang mengganggu keseimbangan alam tak dapat
dihentikan, maka menjaga kelestarian dan memanfaatkan lahan dan potensi alam
yang tersisa adalah tanggung jawab kita, mungkin hal tersebutlah yang dapat
saya simpulkan dari apa yang mereka lakukan.
Saya teringat kata-kata senior saya dan beberapa tokoh pencinta alam yang sering mengatakan kata-kata ini "Alam
bukan warisan dari nenek moyang kita, melainkan titipan dari anak cucu kita". dengan demikain sudah menjadi keharusan menjaga dan melestarikan alam menjadi aksi nyata dari
berhasilnya proses membaca alam sekitar.
No comments:
Post a Comment