TOPONIMI
Gambar Ilustrasi Toponimi |
Menurut Ayatrohaedi
dalam Disparbud Prov. Jabar (2009; 9) Pengetahuan mengenai nama lazim disebut
onomastika. Ilmu ini dibagi atas dua cabang, yakni pertama, antroponim, yaitu
pengetahuan yang mengkaji riwayat atau asal-usul nama orang atau yang
diorangkan; kedua, toponimi, yaitu pengetahuan yang mengkaji riwayat atau
asal-usul nama tempat.
Secara definisi jelas
toponimi adalah pengetahuan yang mengkaji riwayat atau asal-usul nama tempat
dari berbagai aspek. Dalam toponimi sendiri ada berbagai aspek yang dijadikan
acuan dalam penamaan tempat yang aspek-aspeknya yaitu (1). Aspek perwujudan,
(2). Aspek kemasyarakatan (3). Aspek Kebudayaan.
Aspek perwujudan
meliputi 3 bagian, dalam masyarakat sunda sendiri itu terlihat dari hubungan
erat masyarakat dengan lingkungannya. Aspek yang pertama adalah latar perairan (hidrologis)
menjadi ciri khas bagi orang sunda dalam penamaan tempat. Dikemukakan Karl A.
Wittfogel dalam Disparbud Prov. Jabar (2009; 13) bahwa orang sunda dapat
digolongkan sebagai masyarakat air (hydrolic
society). Hal ini terbukti dari nama-nama tempat yang cenderung menggunakan
kata cai- (ci) ‘air’. Aspek yang
kedua yaitu latar rupa bumi (Geomorfoogis), banyak di wilayah Jawa Barat
khususnya penamaan tempat yang menunjukan rupa bumi dari suatu daerah seperti
halnya Legok (Lekuk permukaan tanah yamg menjorok kebawah), Talun (Hamparan
tanah yang luas dan sengaja dibuka untuk ditanami pepohonan besar) dsb.
Kemudian aspek yang ketiga yaitu latar lingkungan alam ( Biologis-Ekologis), Di
Jawa barat Sendiri banyak penamaan tempat yang dihubungkan dengan tumbuhan
(flora) dan Binatang (fauna) seperti halnya Ambit (Nama sejenis pohon) Campaka
( Cempaka, Sejenis Bunga) dsb.
Aspek
Kemasyarakatan (sosial) penamaan wilayah yang berhubungan dengan kondisi sosial
masyarakat yang tinggal di suatu daerah seperti misalnya penamaan wilayah atau
tempat berhubungan dengan kebanyakan profesi dari masyarakat di daerah
tersebut. Kemudian, Aspek kebudayaan dalam aspek kebudayaan sendiri banyak
wilayah di Jawa Barat yang penamaannya dikaitkan dengan mitologi, folklor dan
sistem kepercayaan (religi).
Seiring dengan
perkembangan zaman pembangunan secara gencar dilakukan dibanyak daerah di
Indonesia. Mulai pembangunan untuk keperluan industri hingga pembangunan perumahan.
Daerah-daerah yang terkena dampak dari pembangunan beberapa mengalami dampak
hilangnya Toponimi dari daerah tersebut dan tergantikan dengan penamaan baru sesuai
dengan kebutuhan pembangunan.
Sekilas tergantikannya
Toponimi suatu daerah memang tidak terlihat berdampak pada apapun tapi bagi
orang-orang yang peduli hal ini sangat berdampak. Karena telah dibahas
bagaimana toponimi suatu daerah dapat terbentuk dari berbagai aspek oleh
masyarakat zaman dahulu. Nilai-nilai kehidupan atau filosofis dari suatu Sistem
Toponimi yang harus dipahami. Munculnya nama-nama asing dalam sistem penamaan
suatu daerah ini lama kelamaan akan menghilangkan Toponimi yang sudah ada.
Penamaan perumahan dengan menggunakan nama asing atau penamaan yang tidak
sesuai dengan keadaan daerah atau wilayah yang ada misalnya dengan memakai kata
Grand... atau .. Permai ...Indah.
Pembangunan yang dilakukan pemerintah sudah
seharusnya memperhatikan segala aspek yang ada dimasyarakat. Termasuk kearifan
lokal yang harus dipertahankan sebagai karakteristik suatu wilayah. Sistem
Toponimi dari aspek kebudayaan misalnya hilangnya penamaan dari aspek tersebut mungkin
saja dapat menyebabkan ketidaktahuan masyarakat dalam mitologi dan folklor yang
berkembang di daerahnya sendiri. Selain itu toponimi yang dikaitkan dengan rupa
bumi (geomorfologis) yang mungkin saja bisa dijadikan acuan dalam pembangunan
karena nama daerah tersebut telah memuat karakteristik daerah atau wilayah
tertentu dan dapat menentukan pembangunan jenis apa yang cocok dilaksanakan di
daerah tersebut.
Hal ini juga bukan
hanya menjadi tanggungjawab pemerintah melainkan tanggung jawab kita bersama
dalam menjaga kearifan lokal yang ada. Sebelum lebih jauh menjaga kita harus
bisa memahami kearifan lokal yang ada di masyarakat. Semoga dengan tulisan ini
bisa memberi manfaat dalam menambah wawasan serta rasa penasaran masyarakat
dalam memahami kearifan lokal dalam sistem toponimi suatu daerah.
Daftar Pustaka :
Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan. (2009). Toponimi
Jawa Barat Berdasarkan Cerita Rakyat. Ban dung: Disparbud Jabar
Hayyy guys...
ReplyDeletesedang bosan di rumah tanpa ada yang bisa di kerjakan
dari pada bosan hanya duduk sambil nonton tv sebaiknya segera bergabung dengan kami
di D*E*W*A*P*K agen judi terpercaya di add ya pin bb kami D87604A1 di tunggu lo ^^