Literasi Rakyat Merupakan blog yang memuat tulisan-tulisan artikel opini tentang pendidikan, petualangan, karya puitis serta informasi berita-berita secara umum.

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Wednesday, March 13, 2019

KEKERASAN MENGGODA MANUSIA


Penulis: Agi Rahman Faruq

Sumber Gambar : http://kaltim.tribunnews.com

Selasa, tgl 12, maret 2019 terjadi ledakan di Sibolga Sumatra Utara. Rumor menyebar dengan cepat, kita pun ikut terpancing suasana duka sekaligus sedih dan takut. Sedih karena judul berita adalah bertema “teror bom”, dimana secara tidak langsung terorisme selalu disandingkan dengan mengataskan Agama. Agama yang mana?, saya pribadi tidak mau menjawab, keluh lidah ini berbicara karena sejatinya Agama saya tidak mengajarkan terorisme. Kabar yang saya terima terkait aksi ledakan di sibolga dikutip dari berita online adalah sebagai berikut:

Dalam penangkapan Abu Hamzah, benda diduga bom meledak di halaman rumahnya sekitar pukul 14.50 WIB. Bom meledak saat tim Densus hendak menggeledah rumah Abu Hamzah (audrey santoso, detik news, 2019, Abu Hamzah Terduga Teroris di Sibolga Jaringan JAD BerafiliasiISIS, https://news.detik.com/berita/4464621/abu-hamzah-terduga teroris-di-sibolga-jaringan-jad-berafiliasi-isis, di akses tanggal 13 Maret 2019).

 

            Kekerasan akhir-akhir ini semakin merambah ke segala aspek kehidupan manusia, seperti harimau yang lepas dari kandangnya. Jikalau kita jujur, kita juga kerap melakukan kekerasan terhadap diri sendiri, bahkan kepada orang-orang di sekeliling kita. Hewan juga melakukan kekerasan, tapi dilihat secara fenomologi itu dalah fenomena rantai makanan dan hanya untuk bertahan hidup dalam rantai makanan. Sedangkan manusia memliki kekerasan yang dramatikal sekali, manusia mampu melakukan kekerasan secara relay bahkan bersifat mengulur waktu objek kekerasanya. Seperti memainkannya terlebih dahulu, melakukan kekerasan dengan bertahap hingga, menarik ulurnya untuk memberikan efek kekerasan yang unlimited.

 

            Kadang tanpa kita sadari bahwasanya kita menyukai kekerasan, baik secara fisik, dan psikis. Media secara tidak langsung menyiarkan hal tersebut, lalu kita lihat kita rekam, dan bahkan kita kecanduan. Dimana ketika kita menyukai film perang, saat mortir maupun peluru melesat menghujam sasaran di film, disaat itu juga kita merasa tercengang kagum. Ketika fim-film mengeluarkan kekerasan kata-kata untuk menyudutkan lawanya, disitu kita kagum dan di rekam oleh kita karena merasa terwakili isi hati kita. Sadarkah kekaguman itu masuk dalam imaginer mindset kita?, sadarkah aksi-aksi kekerasan itu secara tidak langsung kita benarkan sebagai cara untuk hidup?.

 

            Memang cukup menggoda area pikiran dan jiwa kita ketika kita berkontemplasi sejenak akan kekerasan dalam benak kita. Akhirnya kita iplementasikan dalam realitas hidup kita misalnya, ketika anak-anak atau bahkan kita masuk kedalam museum lalu melihat senjata atau benda-benda yang berbau kekerasan. Munculah di benak kita bagaimana senjata itu bergerak dan bekerja yang pastinya objeknya bangunan, hewan bahkan manusia. Terlepas dari konteks sejarah waktu alat itu digunakan untuk kebaikan maupun kejahatan.

 

                Ini adalah tulisan spontanitas penulis terkait berita ledakan di sibolga, dimana banyak prasangka dan kurang teruji. Memang tulisan ini tidak menampilkan solusi dan, belum ada paradoks yang timbul didalamnya?.  Tulisan ini untuk merangsang kita semua untuk masuk dan keluar lagi dari  ketidakmampuan untuk berbicara (inability to speak) yang kemudian diikuti oleh ketidakmampuan untuk menalar/berpikir (inability to think). Jangan sampai ada masyarakat yang terjebak oleh pandangan klise tentang kebenaran kemudian kehilangan kemampuan untuk berbicara dan berpikir. 


No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages