Literasi Rakyat Merupakan blog yang memuat tulisan-tulisan artikel opini tentang pendidikan, petualangan, karya puitis serta informasi berita-berita secara umum.

Breaking

Post Top Ad

Your Ad Spot

Monday, April 8, 2019

DEBAT KASUR



                Ajang pemilihan presiden (pilpres) tak henti-hentinya menimbulkan “perdebatan”, dari mulai acara televisi nasional, televisi lokal bahkan sampai ke warkop yang ada di kota hingga desa-desa. Perdebatan tak berujung ini mengingatkan saya pada Cerita KH. Agus Salim karena berkat beliau muncul istilah “Debat Kusir”. Perdebatan dimulai ketika KH. Agus Salim naik delman, kemudian berdebat dengan kusir delman tentang kuda yang mengeluarkan angin (kentut), KH. Agus Salim berpandangan bahwasannya kuda itu masuk angin hingga bisa kentut, tapi kusir berpandangan lain bahwa kuda itu keluar angin bukan masuk angin, perdebatan terus terjadi sampai beliau tiba di tempat tujuan. Walau tempat tujuan sudah sampai tapi sebetulnya debat belum beres bahkan dalam beberapa sumber dijelaskan KH. Agus Salim mengatakan sepertinya beliau masih akan  terus berdebat apabila bertemu dengan kusir itu lagi, berdebat tentang kuda yang kentut itu, antara masuk angin dan keluar angin.


                Debat yang tak berujung dan memakan waktu hingga tak mendapatkan kesimpulan itu, sampai sekarang dikenal dengan istilah debat kusir. Seperti halnya menuju pemilihan presiden, tidak henti-hentinya perdebatan antara  pendukung 01 dan Pendukung 02 saling berdebat memperdebatkan masing-masing pilihannya, tak ada satupun yang mengalah semua saling meyakinkan pilihannya terkadang dari berita benar hingga berita bohong (hoax) dijadikan dasar untuk memperkuat pilihannya. Berdasarkan pengalaman, karena beda pilihan dari yang tadinya teman, hubungan mereka jadi renggang karena perbedaan pilihan yang kemudian diperkuat fanatik berlebihan dan terpengaruh berita hoax, begitupun yang memiliki hubungan pacaran hingga terjadi pertengkaran akibat beda pilihan (Tulisan tentang penyebab ini bisa dilihat ditulisan Pilpres Bukan Penyebab Permusuhan).
                Saya teringat pada kawan-kawan satu perjuangan yang apabila menurut bahasa Sunda sering disebut dengan “batur sakasur, sadapur, sasumur”. Ya... mereka adalah kawan-kawan saya yang satu rumah dengan saya. Dalam satu rumah kita terikat karena kesamaan organisasi, hingga rumah kita menjadi seketariat bagi organisasi kita. Walaupun dengan organisasi kita sama, tapi bukan berarti tidak ada perbedaan diantara kita. Terdapat banyak perbedaan diantara kita, dari pemikiran hingga pilihan politik. Tapi yang membedakan adalah walaupun berbeda pilihan, beda pilihan politik sekalipun tidak pernah pertemanan kita menjadi terpisah menjadi pecah apalagi menimbulkan konflik besar diantara kami.
                Tapi apakah tidak ada perdebatan diantara kita? Tentu ada bahkan karena kami kuliah berkaitan dengan kewarganegaraan yang memuat politik, hukum, pendidikan dan kenegaraan. Perdebatan kami lebih kompleks, bahkan ketika kami nonton bareng debat di televisi, bukan kita nonton televisi tapi televisi yang menonon kami berdebat, perdebatan di tv belum usai kami sudah mulai perdebatan dan diskusi di ruang tengah. Perdebatan melebar terkadang mulai dari politik hingga berakhir ke filsafat. Kadang kita juga bedebat tak ada kesimpulan tapi semua perdebatan ini berujung, yaitu berujung dikasur.
                 Semua menerima apapun yang menjadi akhir dari perdebatan, tak ada kesimpulan karena kesimpulan akhirnya adalah semua pembahasan ada perspektinya, kami saling memahami perbedaan pandangan, semua boleh diperdebatkan tapi kami memahami tidak semua perspektif bisa disamakan. Perdebatan yang dimulai di ruang tengah kadang dibawa hingga ke kamar yang kasurnya sekasur berdua atau dua kasur empat orang, biasanya perdebatan yang dibawa ke kasur berujung berlainan antara awal dan akhir topik pembicaraan, misalnya membahas awalnya poltik, akhirnya berujung membahas percintaan hingga berujung mimpi (ketiduran) dan bangun tidur kami tak lagi membahas hal yang sama walaupun temanya sama tapi perdebatan selalu mulai lagi dari nol atau hal yang berbeda dengan sebelumnya. Itulah debat kasur. Debat yang membicarakan mimpi negeri hingga mimpi pribadi dan berujung dengan mimpi dalam arti sesungguhnya, dan tidak menimbulkan perpecahan diantara kami.  


"Debat Kasur, perdebatan tentang mimpi pribadi, mimpi negeri hingga mimpi sebenarnya (tidur), tak ada perebutan kekuasaan yang ada hanya perebutan bantal kesayangan" - Risman Nur Haqim

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages